SEBAB-SEBAB RUNTUHNYA DAULAH UMAYYAH

Facebook
Twitter
Telegram

Bani Umayyah bukan berarti tidak memiliki kesalahan seperti masa para Khulafa ar-Rasyidiin radhiyallahu ‘anhum, akan tetapi pada saat yang sama tidak ada pula perbuatan melampaui batas dan kefasikan yang digambarkan oleh sebagian buku-buku sejarah sebagai bentuk kejahilan. Masa mereka adalah masa yang mulai muncul sedikit perubahan dalam hukum dari hukum yang ada pada masa Khulafa ar-Rasyidiin dan celah-celah penyimpangan sedikit demi sedikit bertambah melebar bersama perjalanan waktu.

Adapun masyarakat Islam adalah tetap sama dengan keadaan di masa para khalifah ar Rasyidiin walaupun agak sedikit terpengaruh oleh banyaknya harta dan budak yang didapat dari sekian penaklukan. Kehidupan mereka menjadi bertambah nyaman, walaupun demikian mereka tetap memenuhi panggilan jihad ketika mendengarnya dan meninggalkan kehidupan yang gemerlap itu demi jihad di jalan Allah. Dengan semangat inilah mereka berhasil menaklukan sejumlah negeri yang tersebar di muka bumi Allah.

Tidak benar pula apa yang selalu diulang-ulang oleh kebanyakan sejarawan kontemporer bahwa masyarakat Islam terpecah menjadi sejumlah kelompok, golongan, dan gerakan-gerakan politik. Yang demikian adalah perkara yang tidak memiliki dasar sama sekali, bahkan hanya sekedar hasil dari khayalan dan impian. Segala apa yang dikisahkan tentang Rafidhah dan Khawarij dan sekte menyimpang lainnya, mereka tidaklah mewakili kecuali hanya sebagian kecil dari masyarakat muslimin yang berkumpul begitu banyaknya dan hanyalah sebuah bagian yang kecil (tidak dianggap) bila dihadapkan kepada masyarakat yang mayoritas mereka berjalan di atas keyakinan (aqidah) Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Para musuh Islam memfokuskan aib Bani Umayyah yang bisa dihitung dan merangkai sekian kedustaan yang tidak bisa dihitung di seputarnya. Mereka melupakan keutamaan dan jasa-jasa baik yang di antaranya:

  1. Keshalihan dan kelurusan mayoritas khalifah Bani Umayyah yang di antara mereka ada dari kalangan shahabat dan tabi’in (murid-murid shahabat).
  2. Mereka lebih mendahulukan para ulama dan tokoh-tokoh utama masyarakat dari kalangan shahabat dan tabi’iin dalam hal pemerintahan dan komando. Di antara mereka adalah ‘Amr bin Al ‘Ash dan putranya Abdullah, Busr bin Artha’ah, An Nu’man bin Basyir, Abdurrahman bin Khalid bin al-Walid, dan selain mereka dari para panglima yang mulia dan para perawi hadits, yang telah dipersaksikan atas keshalehan mereka.
  3. Sistem pengadilan yang independen dan kemuliaan para qadhi (hakim), serta hukum yang berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat. Sehingga baik pemimpin maupun rakyat dalam pengadilan adalah sederajat.
  4. Upaya pelebaran wilayah Islam (penaklukan) yang luas dalam rangka menyebarkan Islam. Mereka mengirimkan anak-anak dan saudara-saudara mereka untuk berperang di jalan Allah dan tidak hanya sekedar mengirim komandan dan para mujahidin.
  5. Pembangunan negara, menyuburkan lahan, membuka parit-parit, mengalirkan saluran-saluran irigasi dari sungai, memudahkan kehidupan rakyat, membangun tempat-tempat yang dibutuhkan rakyat dan masjid-masjid, dan mengembangkan perluasan ilmu.

Namun mengapa Daulah Umayyah tetap runtuh dan hilang kejayaan mereka?

Bani Umayyah memiliki aib dan kesalahan yang cukup untuk menyebabkan daulah mereka runtuh dan kekuasaan mereka hilang.

Yang dimungkinkan aib dan kesalahan itu adalah sebagai berikut:

  1. Kezhaliman yang kadang terjadi baik dari khalifah sendiri atau dari gubernur-gubernur terhadap kaum muslimin. Hal ini sebagaimana yang terjadi pada diri al-Husain radhiyallahu ‘anhu berupa kezhaliman dari Ibnu Ziyad, juga kezhaliman al-Hajjaj terhadap sejumlah besar kaum muslimin.
  2. Perlakuan yang melampaui batas dalam memadamkan sebagian fitnah dan terus menerus melakukan pembunuhan dan hukuman. Yang demikian ini menyebabkan munculnya kebencian dan kedengkian terhadap daulah. Walaupun kekejaman itu kadang muncul dari perbuatan komandan atau gubernur, sedangkan khalifah sendiri tidak menyetujuinya sebagaimana yang terjadi pada fitnah al-Husain, fitnah penduduk Madinah, dan pembunuhan terhadap Ibnu az-Zubair radhiyallahu ‘anhu.
  3. Perselisihan yang sengit, peperangan, dan saling membunuh di antara keturunan Bani Umayyah sendiri pada akhir masa kekuasaan mereka. Juga tercerainya soko guru/tiang yang mereka bersandar kepadanya, yaitu penduduk Syam, yang mereka terbagi menjadi beberapa kelompok dan golongan, ditambah lagi perseteruan antar Bani Umayyah sendiri. Sehingga terpecahlah mereka dan hilanglah kekuatannya. Kemudian Bani al-Abbas yang mewarisi daulah dan kejayaannya.
  4. Banyak musuh yang harus dihadapi oleh Daulah Umayyah, baik musuh itu dalam kebenaran atau kebatilan. Seperti kaum Rafidhah yang amat dengki terhadap Bani Umayyah sejak mereka berperang membela Ali bin Abi Thalib yang kedengkian itu semakin membara karena mereka harus berperang melawannya. Juga Khawarij yang melakukan serangkaian huru hara yang bertubi-tubi melawan Daulah Umayyah sehingga darah mereka pun tercurah dan kedengkian mereka semakin membara. Di antara musuh mereka yang lain adalah kalangan zanadiqah (orang-orang zindiq), kaum Atheis, Majusi, Yahudi, dan Nasrani yang memancing di air keruh.
  5. Bani Umayyah menyepelekan gerakan Bani Al ‘Abbas serta sikap terpedaya, bangga, dan lengah karena kekuatan pasukan yang mereka miliki, hingga gerakan ini menjadi besar.

Semua pendorong dan sebab ini telah terkumpul yang pada  tahap berikutnya memudahkan upaya provokasi melawan Daulah Umayyah. Sehingga provokasi itu pun berkembang dan menyebar. Seruan perlawanan terhadap Bani Umayyah dimulai di Khurasan. Pada awal pergerakannya adalah dengan cara sembunyi-sembunyi, yaitu para da’inya masuk ke Khurasan. Kemudian mereka mulai menyebarkan misi mereka dari rumah ke rumah, dari satu desa ke desa lainnya dengan penuh kesigapan dan kehati-hatian. Sehingga jiwa-jiwa kaumnya kenyang dan telah dipenuhi kebencian terhadap Bani Umayyah.

Seruan provokasi yang dilakukan oleh Bani al-Abbas berpindah kepada tahap angkat senjata yaitu pada tahun 127 H. Gerakan ini dipimpin oleh seorang yang cerdik dalam melakukan siasat bernama Abu Muslim al-Khurasani.

Nashr bin Sayyaar, gubernur Khurasan yang ditunjuk oleh Bani Umayyah, mendapati bahayanya api dan permasalahan ini yang membuatnya merasa ngeri. Kemudian dia menulis surat kepada khalifah Bani Umayyah ketika itu, yaitu Marwan bin Muhammad, berisi pemberitahuan tentang keadaan Abu Muslim dan pemberontakan yang ia lakukan serta pengikutnya yang banyak. Juga tentang Abu Muslim yang menjadi corong bagi Bani al-Abbas.

Dan pada kenyataannya Bani Umayyah tidak tersadarkan, mereka dalam keadaan tertidur. Mereka tidak berhati-hati terhadap bahaya yang telah menyala di Khurasan. Ketika itu urusan yang diperani oleh Abu Muslim menjadi besar dan semakin berbahaya. Kota-kota di Khurasan satu demi satu berhasil dia rebut. Kemudian pasukan dari Khurasan melanjutkan perjuangannya menuju ke Iraq dan berhasil menundukkannya. Khalifah pertama dari Bani Al-Abbas dibaiat yaitu Abul Abbas yang dijuluki dengan As-Saffah pada tahun 132 H. Demikianlah akhir dari Daulah Umayyah.

Ikut Partisipasi Mendukung Program, Salurkan Donasi Anda di Sini!

www.hasmicendekia.org

25 Tanggapan

  1. Keep up the fantastic work! Kalorifer Sobası odun, kömür, pelet gibi yakıtlarla çalışan ve ısıtma işlevi gören bir soba türüdür. Kalorifer Sobası içindeki yakıtın yanmasıyla oluşan ısıyı doğrudan çevresine yayar ve aynı zamanda suyun ısınmasını sağlar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *