KHALIFAH ABDULLAH AL-MAKMUN

Facebook
Twitter
Telegram

KHALIFAH ABDULLAH AL-MAKMUN

A. BIOGRAFI

Dia bernama Abdullah al-Makmun bin Harun ar-Rasyid, dilahirkan pada tahun 170 H, tepat pada malam Jum’at di pertengahan bulan Rabiul Awwal. Pada malam itu bersamaan dengan kematian al-Hadi dan digantikan oleh ayahnya, ar-Rasyid.

Dia menimba Ilmu hadits dari ayahnya dari Hasyim, dari Ibad bin al-Awam, dari Yusuf bin ‘Athiyyah, dari Abu Mu’awiyah adh-Dharir, dari Ismail bin ‘Aliyah, Hajjaj al-A’war dan ulama-ulama lain di zamannya.

B. MENJABAT KHALIFAH

Harun ar-Rasyid telah membaiat kedua anaknya yang bernama al-Amin dan al-Makmun. Al-Makmun menjadi khalifah pada tahun 198 H/812 M.

C. PERISTIWA PENTING PADA MASA PEMERINTAHANNYA

  • Pemberontakan Baghdad dan penunjukkan al-Mahdi sebagai khalifah

Dia mengangkat Ali bin Musa ar-Ridha (salah seorang cucu Husein) berkat pendekatan yang dilakukan oleh al-Fadhl bin Sahl seorang penganut syiah rafidhah. Keputusan ini membuat penduduk Baghdad barat menurunkan al-Makmun dari kekuasaannya dan membaiat pamannya yang bernama Ibrahim pada tahun 210 H/816 M. Maka, datanglah al-Makmun dari Marwa, tempat yang dia pilih untuk tempat tinggalnya sejak menjadi khalifah. Kedatangannya membuat pamannya melarikan diri. Ali ar-Ridha juga meninggal sehingga pemerintahan sepenuhnya berada di tangan al-Makmun pada tahun 202 H.

  • Al-Khurramiyah

Ini merupakan salah satu mazhab kaum zindiq dan sebagai kelanjutan dari pemikiran Mazdakisme di Iran. Nama ini dinisbatkan kepada sebuah kota di Persia yang bernama Khurramah. Khurramiyah ini menghalalkan semua yang haram. Di antara pemimpin mereka yang paling terkenal adalah Babik al-Khurrami. Dia mempopulerkan akidah reinkarnasi dan adanya dua tuhan ”cahaya dan kegelapan”.  Gerakan keagamaan ini muncul pada tahun 201 H/ 816 M. Dia berhasil menguasai Hamadan dan Asfahan. Al-Makmun secara gencar terus memerangi mereka sepanjang masa pemerintahannya. Pengaruh mereka kian besar. Bahkan, hingga meninggalnya, al-Makmun belum berhasil menaklukkan gerakan ini.

  • Fitnah bahwa al-Qur’an adalah makhluk

Ini terjadi pada masa pemerintahan Abdullah al-Makmun pada tahun 218 H/833 M. Fitnah ini terjadi karena munculnya pendapat yang mengatakan bahwa al-Qur’an itu adalah makhluk dan bukan wahyu yang diturunkan. Al-Makmun sendiri meyakini pendapat ini adalah benar. Pendapat yang sebenarnya dilahirkan oleh orang-orang Muktazilah.

Akibatnya, sejumlah ulama harus menghadapi penyiksaan akibat menentang pendapat ini. Salah seorang ulama yang harus menerima siksaan adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Maka, keyakinan yang rusak ini terus saja hidup kecuali setelah zaman al-Mutawakkil yang berhasil mengembalilkan pendapat ahlussunnah.

D. PENAKLUKAN PADA MASA PEMERINTAHANNYA

Pada tahun 215 H, Abdullah al-Makmun berangkat untuk menaklukkan Romawi. Dalam penyerangan itu dia berhasil membuka benteng Qurrah lewat sebuah pertempuran sengit. Selain benteng Qurrah dia juga berhasil menaklukkan benteng Majidah. Setelah berhasil membuka dua benteng Romawi, dia kembali ke Damaskus.

Kemudian pada tahun 216 H, dia kembali ke Romawi dan berhasil menaklukkan beberapa benteng. Lalu menuju ke Mesir dan menetap di sana untuk beberapa lama. Dengan demikian, dia adalah khalifah pertama dari kalangan Bani Abbas yang memasuki Mesir. Setelah itu dia kembali ke Damaskus dan Romawi.

E. SISTEM PUTRA MAHKOTA

Jasa besar yang mungkin bisa kita catat dari Khalifah Abdullah al-Makmun adalah dia merupakan khalifah Abbasiyah pertama yang bisa mengambil pelajaran dari peristiwa-peristiwa sejarah. Dia melihat bahwa pemerintahan (khalifah) bukanlah miliknya secara khusus yang kemudian harus diwariskan kepada anak-anaknya. Pemerintahan dalam pandangannya bertujuan untuk kemaslahatan umum. Karenanya harus diperhatikan kebaikan dan kemaslahatan manusia.

Dia tidak mejadikan anaknya, al-Abbas, untuk menggantikan dirinya. Padahal, anaknya ini dikenal sebagai salah seorang panglima perang yang sangat terkenal. Dia malah mengangkat saudaranya, al-Mu’tashim. Karena, dia melihat bahwa al-Mu’tashim lebih memiliki banyak kelebihan dari anaknya sendiri baik dari sisi keberanian maupun kapabilitas. Abdullah Al-Makmun meninggal pada tahun 218 H/ 833 M setelah berkuasa selama 20 tahun.

F. KEBIJAKAN – KEBIJAKANNYA

  • Mendorong penterjemahan buku-buku Yunani dan lainnya ke dalam bahasa Arab.
  • Kemajuan ilmu dan peradaban sangat pesat.
  • Memperkokoh dasar-dasar negara Islam, dan meredam fitnah dan usaha-usaha kotor.

G. FITNAH KHULUQUL QUR’AN

Pada tahun 198 H, Al-Ma’mun bin Harun ar-Rasyid menjabat sebagai khalifah. Lalu ada sekelompok Mu’tazilah yang datang kepadanya dan menyesatkannya dengan pemahaman Mu’tazilah, salah satu pemahaman Mu’tazilah adalah, mereka meyakini al-Qur’an adalah makhluk yang Allah ciptakan. Padahal sebenarnya al-Qur’an itu firman Allah, bukan makhluk. Akhirnya, ajaran sesat tersebut diakui oleh pemerintah.

Setelah pemahaman ini diakui oleh pemerintah, Khalifah al-Makmun menyeru segenap manusia dan ulama untuk menyatakan al-Qur’an adalah makhluk. Apabila tidak mau mengatakan al-Qur’an itu makhluk, maka ia akan disiksa (peristiwa ini disebut dengan Mihna). Sehingga kebanyakan ulama dan masyarakat menerimanya karena terpaksa. Kecuali Imam Ahmad, beliau menolak dengan tegas ajaran yang salah ini, dan berusaha untuk meluruskannya.

Mendengar kabar penolakan Imam Ahmad, Khalifah al-Makmun menjadi sangat marah, dan dia pun memasukkannya ke dalam penjara dan diikatkan rantai padanya. Meskipun dipenjara, Imam Ahmad tetap menolak keyakinan yang salah ini. Pada akhirnya al-Makmun berniat membunuh Imam Ahmad, dan dipanggilah beliau untuk menemui khalifah. Di saat itu, Imam Ahmad berdoa kepada Allah untuk tidak mempertemukan antara dirinya dengan khalifah. Doa beliau pun terkabul, tatkala Imam Ahmad sedang di tengah jalan, Khalifah al-Makmun meninggal dunia. Kematiannya pada bulan Rajab 218 H. Setelah itu Imam Ahmad dikembalikan ke Baghdad dan dipenjara.

H. MENINGGALNYA

Khalifah Abdullah Al-Makmun meninggal pada hari Kamis, tanggal 18 Rajab tahun 218 H, di sebuah wilayah yang disebut Badidun, sebuah tempat di Romawi. Dan selanjutnya dibawa ke Tharsus dan dimakamkan di sana.

www.hasmicendekia.org