KHALIFAH HARUN AL-WATSIQ DAN JA’FAR AL-MUTAWAKKIL

Facebook
Twitter
Telegram

Harun Al-Watsiq

A. BIOGRAFI HARUN AL-WATSIQ

Dia adalah Harun bin Muhammad al-Mu’tashim. Al-Watsiq dilahirkan pada 20 Sya’ban 190 H. Ia menjadi khalifah berdasarkan wasiat ayahnya, dan dilantik pada 19 Rabiul Awwal  227 H. pada masanya tidak terjadi sebuah peristiwa sangat signifikan.

Panglima-panglilma asal Turki di masanya mencapai posisi-posisi yang sangat terhormat. Bahkan, al-Watsiq telah memberi gelan “Sultan” pada seorang panglima asal Turki yang bernama Asynas. Sehingga, membuat panglima Turki itu memiliki kewenangan yang sangat luas.

B. FITNAH KHULUQUL QUR’AN

Ketika khalifah al-Watsiq, yaitu Abu Ja’far Harun bin al-Mu’tashim berkuasa Imam Ahmad tidak mengalami sesuatu apa pun. Namun, khalifah meminta agar Imam Ahmad tidak keluar dari rumahnya. Akibatnya, Imam Ahmad bersembunyi di dalam rumah selama beberapa bulan hingga al-Watsiq meninggal dunia.

C. TAUBATNYA SANG KHALIFAH

Al-Khatib berkata, “Ahmad bin Duad (menterinya) banyak mengendalikan tindakan-tindakan al-Watsiq. Inilah yang membuat al-Watsiq sering bertindak sangat keras terhadap orang-orang yang menolak mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk.”

Namun diriwayatkan, sebelum meninggal, al-Watsiq telah bertaubat dari keyakinan Muktazilah. Ketika ada seorang kakek yang dibawa kepada al-Watsiq. Orang tersebut diborgol dengan besi sejak dibawa dari negerinya. Saat dihadapkan pada al-Watsiq, saat itu pula Ibnu Duad hadir untuk mendebatnya.

Sang tawanan berkata, “Beritahukan kepadaku tentang seruan kalian kepada manusia itu, apakah Rasulullah mengetahuinya, namun beliau tidak menyerukannya kepada manusia, atau beliau sama sekali tidak mengetahuinya?”

Ibnu Abi Duad berkata, “Rasulullah pasti tahu tentang itu.”

Sang tawanan membalas, “Rasulullah mampu untuk tidak menyeru manusia kepada apa yang diketahuinya, sedangkan kalian tidak mampu!”

Orang-orang yang berada di tempat itu bungkam. Sedangkan al-Watsiq tertawa lalu berdiri dan menutup mulutnya. Dia masuk kamar dan menyelonjorkan kakinya sambil bergumam, “Rasulullah mampu untuk tidak menyeru kepada manusia kepada apa yang beliau ketahui, sedangkan kita tidak mampu.”

Kemudian al-Watsiq memerintahkan pembantunya agar menghadiahkan uang sebanyak 300 dinar kepada kakek tersebut. Dia memerintahkan pembantunya untuk mengantarkan kembali orang itu ke negerinya. Sejak itulah al-Watsiq tidak pernah menguji siapa pun tentang kemakhlukan al-Qur’an. Ibnu Abi Duad merasa terpukul. Sejak itu dia tidak mendapatkan posisi lagi.

Sang kakek yang diborgol itu adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Muhammad Adzrahmi, yang tak lain adalah guru Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i (dua periwayat hadits yang terkenal).

D. MENINGGALNYA

Harun al-Watsiq meninggal pada tahun 223 H/846 M setelah memerintah selama lima tahun.

E. JA’FAR AL-MUTAWAKKIL

Dia bernama Ja’far bin Muhammad al-Mu’tashim. Diangkat sebagai khalifah setelah saudaranya, al-Watsiq. Al-Mutawakkil lahir pada 205 H. Riwayat lain menyatakan pada 207 H. Ia dilantik sebagai khalifah pada 24 Dzulhijjah 232 H setelah wafatnya al-Watsiq. Dia didudukkan oleh orang-orang Turki di mana saat itu kunci-kunci kekuasaan telah berada di tangan mereka. Dia berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman pengaruh orang-orang Turki ini, namun gagal.

Berbeda dengan para pendahulunya yang cenderung kepada paham Mu’tazilah, khalifah al-Mutawakkil lebih cenderung kepada Ahlus Sunnah. Dalam masa jabatannya, Ja’far al-Mutawakkil melarang dengan keras pendapat yang mengatakan bahwa al-Qur’an adalah makhluk. Mencabut aturan yang mengharuskan setiap orang untuk mengatakan bahwa al-Qur’an itu makhluk. Perintah ini disebarkan ke seluruh wilayah kekuasaannya pada 234 H. Dia menghapus bid’ah ini dan sangat menaruh hormat kepada Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau juga membersihkan pemahaman Muktazilah dan menangkap para pembesar-pembesarnya, karena telah menyebarkan pemahanan yang menyesatkan.

F. PERISTIWA-PERISTIWA PENTING PADA MASA PEMERINTAHANNYA

  • Orang-orang Romawi melakukan penyerangan di Dimyath, Mesir. Namun,mereka berhasil dihancurkan dan dibunuh, sisanya kembali ke negeri mereka tanpa diganggu oleh seorang pun. Peristiwa ini terjadi pada tahun 238 H/852 M. peristiwa penyerangan yang dilakukan pasukan Romawi ini terjadi berulang-ulang terhadap negeri-negeri Islam yang menjadi tetangga mereka. Karena kaum muslimin sering pula melakukan ekspedisi untuk mengusir mereka, namun belum mencapai hasil yang optimal.
  • Pada 235 H, Al-Mutawakkil mewajibkan kepada setiap orang Kristen untuk memakai gelang sebagai pengenal bahwa mereka orang Kristen. Pada 237 H, dia memerintahkan bawahannya di Mesir untuk mengganti Abu Bakar bin Al-Laits, seorang Hakim Agung Mesir karena keaktifannya sebagai salah seorang pemimpin gerakan Jahmiyah yang sesat, kemudian diganti dengan Al-Harits bin Miskin, salah seorang murid kenamaan Imam Malik.
  • Setelah Al-Muntashir dilantik menjadi pengganti ayahnya, namun tidak berapa lama sang ayah berubah pikiran dan memilih al-Mu’taz yang akan menggantikannya. sang khalifah meminta al-Muntashir untuk menarik dirinya dan menunggu giliran setelah al-Mu’taz. Namun al-Muntashir tidak bisa menerima keinginan ayahnya.
    Peristiwa ini bersamaan dengan ketidaksenangan orang-orang Turki terhadap Al-Mutawakkil. Inilah yang memicu kesepakatan orang-orang Turki dan al-Munthasir untuk membunuh sang khalifah, ayahnya sendiri.

G. MENINGGALNYA

Anaknya yang bernama al-Muntashir melakukan konspirasi bersam-sama dengan para pemimpin Turki, lalu mereka membunuh al-Mutawakkil. Pada saat itu  pengaruh orang Turki telah semakin luas. Al-Mutawakkil dibunuh pada tahun 247 H/861 M. dia menjadi khalifah selama lima belas tahun. Dengan terbunuhnya al-Mutawakkil, maka berakhir pulalah masa pemerintahan Bani Abbasiyyah periode pertama.

46 Tanggapan

  1. Along with every little thing that appears to be developing within this specific area, many of your points of view are actually very radical. Nevertheless, I appologize, but I do not subscribe to your whole theory, all be it exciting none the less. It appears to everyone that your commentary are generally not completely justified and in fact you are generally yourself not completely confident of your assertion. In any event I did take pleasure in reading through it.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *